Batam GK.com – Badan Pusat Statistik (BPS) pertama kali melakukan penghitungan jumlah dan persentase penduduk miskin pada di tahun 1984. Pada saat itu, BPS berperan dalam penyediaan data statistik Nasional maupun Internasional untuk menghasilkan statistik yang mempunyai kebenaran secara akurat, dan menggambarkan keadaan yang sebenarnya dalam rangka mendukung Indonesia maju.
Aditya Sangaji selaku Koordinator Bidang Sosial BPS Kota Batam menuturkan, untuk penghitungan jumlah dan persentase penduduk miskin mencakup periode sumber data utama yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Konsumsi/Pengeluaran dan Kor.
“Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (Basic Needs Approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan di pandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi dalam memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran,” terang Aditya Sangaji, Senin (20/06/2022) sekitar pukul 14.49 Wib di Ruang Kerjanya.
Lebih lanjut, Aditya Sangaji mengatakan, metode yang digunakan BPS adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu, Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM).
“GKM merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilo kalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi di antaranya, padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur, dan susu. Sedangkan GKNM merupakan, penjumlahan nilai kebutuhan minimum dari komoditi-komoditi non makanan terpilih yang meliputi perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan,” jelas Aditya Sangaji.
Untuk diketahui, indeks kemiskinan Kota Batam pada tahun 2011 (0,72), tahun 2012 (0,82), tahun 2013 (0,75), tahun 2014 (0,55), tahun 2015 (0,70), tahun 2016 (0,49), tahun 2017 (0,79), tahun 2018 (0,81), tahun 2019 (0,53), tahun 2020 (0,70), dan tahun 2021 (0,89).
“Secara indeks kemiskinan, Kota Batam mengalami kenaikkan. Sementara untuk persentase dari tahun 2011 s/d tahun 2021, Kota Batam mengalami penurunan”. ungkap Aditya Sangaji. (EP).
Editor : Milla