Kampus Merdeka dan Adaptasi Mahasiswa di Dunia Kerja
OPINI, GK.com – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menginisiasi program Kampus Merdeka dalam beberapa tahun terakhir. Sebanyak lebih dari 430.000 mahasiswa di Indonesia telah secara aktif menerima manfaat dari program untuk belajar hingga ke luar negeri. Kebijakan yanag berdampak sangat massif ini telah mampu memberikan kesempatan untuk langsung terlibat di dunia kerja nyata bagi mahasiswa, sehingga mampu menambah pengalaman serta meningkatkan keterampilannya dalam bersaing di lingkungan kerja professional. Kampus Merdeka memiliki beberapa program yang salah satunya adalah Kampus Mengajar yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar di luar kampus dan berperan sebagai agen sosial untuk meningkatkan literasi dan numerasi siswa di sekolah tempat mereka mengajar. Hal ini sangat bermanfaat karena telah berdampak hingga ke daerah 3T.
Selain itu terdapat program Magang Merdeka yang mampu membuat mahasiswa dengan latar belakang kurang mampu untuk meningkatkan kompetensi dan taraf hidupnya. Sekitar 64% dari orang tua peserta program Magang Merdeka memiliki tingkat pendidikan di bawa S1 (tidak pernah mendapatkan Pendidikan bangku kuliah), program ini kini telah bertransformasi sebagai peluang bagi mahasiswa untuk langsung mendapatkan pengalaman kerja dan kesempatan meningkatkan perekonomian keluarganya. Bahkan denga kompetensi yang bai, banyak dari peserta Kampus Merdeka mendapatkan “golden tiket” langsung bekerja setelah lulus.
Kanada memiliki program serupa yakni co-op yang telah berjalan dengan baik selama beberapa dekade, pemerintahnya memberikan mahasiswa pengalaman bekerja yang mendalam dana terstruktur, Kampus Merdeka diharapkan membesarkan peluang pontesi bagi mahasiswa seperti ini untuk mengintegrasikan studi akademis dengan pengalamn kerja dengan baik. Teori yang sudah dipelajari di kampus diaplikasikan dalam situasi nyata di tempat kerja, hal ini memberikan asas resiprokrasi bagi mahasiswa maupun perusahaan, di mana perusahaan kemudian dimudahkan untuk mengakses tenagar kerja muda yang bersemangat, berpendidikan dan berpengalaman.
Jerman telah membuat program pendidikan yang mengintegrasikan pembelajaran di kelas dengan pelatihan industri, hal ini menjadi salah satu kunci mengapa Jerman sangat efektif menyiapkan lulusan kuliah yang siap kerja dan relevan dengan pasar kerja dan kebutuhan industri yang ada. Mahasiswa mendapatkan pengalaman praktis sambil tetap menyelesaikan pendidikan formal. Indonesia dapat mengembangkan program yang sama dalam meperkuat struktur dan implementasi Kampus Merdeka sehingga manfaat dirasakan sebanyak-banyaknya tidak hanya bagi mahasiswa, namun juga bagi negara hingga institusi pendidikan.
Dengan berjalannya program Kampus Merdeka, tantangan yang peril diatasi kembali lagi adalah soal pemerataan manfaat di seeluruh Indonesia. Kedua, pentingnya evaluasi serta pemantauan kualitas pengalaman belajar yang didapatkan oleh mahasiswa selama menjalani program. Harus ada takaran sejauh apa pengalaman yang dirasakn relevan dan terukur dalam meningkatkan keterampilan mereka. Ketiga, perlunya upaya untuk memastikan bahwa secara inklusif semua mahasiswa mendapatkan akses setara dalam berpartisipasi di program sehingga tidak ada lagi yang namanya ketimpangan akses. Ini tentu masih suliut di awal, untuk itu stakeholder pendidikan penting untuk terus memantau praktek di lapangan.
Lebih dari itu, penting juga untuk memastikan bahwa Kampus Merdeka tidak hanya memberikan program yang focus pada keterampilan teknis, tetapi juga pengembangan soft skills yang juga menjadi kebutuhan utama dunia kerja yang sangat relevan saat ini. Komunikasi, kerja tim hingga problem solving menjadi elemen yang utama, khususnya agar mampu beradaptasi dengan berbagai situasi dunia kerja. Terakhir, Kampus Merdeka adalah program yang stratgeis sejak awal karena mampu menjadi pondasi untuk mencetak lulusan kuliah yang lebih relevan dan beradaptasi dengan perkembangan zaman. Akan tetapi, perlu memastikan bahwa jangka panjang dari program ini harus terus dijalankan, komitmen semua stakeholder pendidikan untuk terus memantau, mengevaluasi, serta beerinovasi dan beradaptasi dengan perubahan dunia pendidikan dan industri kerja menjadi poin utama. Dengan terus adaptif mengembangkan dan menjalan program ini, Indonesia akan memanen lulusan kuliah yang siap masuk ke dunia kerja dan juga siap menghadapi tantangan global. Terlepas dari ini semua, keberhasilan ini akan berkontribusi secara positif kepada pembangunan nasional. Evaluasi terhadap kebutuhan pasar kerja yang dinamis juga perlu diperhatikan secara serius agar lulusan bekerja secara relevan dengan tantangan dan persaingan di kancah internasional.
Azry Kaloko
Pemerhati Pendidikan Nasional