Sabtu, Desember 7, 2024
spot_img

Pulau Bulang, Pulau Bersejarah Johor yang Terabaikan oleh Indonesia

Oleh : Nuri Che Shiddiq : Sejarawan dan Tokoh Budaya Melayu Indonesia

Batam, GK.com – Pulau Bulang memiliki sejarah panjang yang terkait dengan Johor, Malaysia. Pulau ini merupakan tempat tinggal Temenggung Johor yang berasal dari keturunan Bendahara Kerajaan Johor-Riau. Pulau ini juga menjadi lokasi penobatan atau pengangkatan Putra Mahkota Temenggung Johor yang harus dilaksanakan di Pulau ini sebagai syarat wajib. Pulau ini menjadi simbol kejayaan dan kedaulatan Johor.

Namun, sejak Indonesia merdeka, keadaan Pulau ini berubah drastis. Pulau ini termasuk ke dalam wilayah Indonesia setelah berhasil dipengaruhi oleh Barisan Keamanan Indonesia Riau (BKIR), salah satu sayap militer yang mendukung Republik Indonesia Serikat (RIS). Pulau ini lalu dijual kepada Grup Salim yang mendirikan peternakan babi terbesar di Indonesia dan menjadi penyuplai utama daging babi ke Singapura. Sejak itu, tidak ada lagi Sultan Johor yang mengunjungi Pulau ini.

Pulau Bulang sekarang menjadi rumah bagi masyarakat Melayu yang merupakan keturunan orang laut. Mereka memiliki sejarah dan budaya yang kaya. Mereka memiliki kuburan-kuburan keramat yang menjadi saksi perjuangan leluhur mereka. Namun, mereka merasa diperlakukan tidak adil oleh Pemerintah. Mereka merasa tidak diakui sebagai bagian dari Bangsa Indonesia.

Mereka harus tahan dengan bau busuk dari kandang babi yang mencemari udara mereka. Mereka juga harus mengikuti peraturan-peraturan yang bertentangan dengan adat mereka. Pemerintah memindahkan fasilitas-fasilitas penting dari Pulau mereka. Pemerintah bahkan menentukan arah pintu rumah dan wc mereka.

Mereka merasa seperti orang asing di tanah sendiri. Mereka merasa seperti dijajah oleh Bangsa sendiri. Mereka berharap Pemimpin Negara dapat mendengar suara mereka. Mereka berharap Pemimpin Negara dapat memberikan hak-hak mereka sebagai warga Negara Indonesia. Mereka berharap Pemimpin Negara dapat menghormati sejarah dan budaya mereka. Mereka berharap Pemimpin Negara dapat memberikan mereka kebebasan dan kesejahteraan.

Mereka menginginkan hidup tanpa perang, tanpa penjajahan, dan tanpa diskriminasi. Mereka menginginkan hidup sesuai dengan UUD 1945, yang menjadi landasan berdirinya Negara Indonesia. Mereka menginginkan hidup sebagai Bangsa Indonesia yang bersatu dan bermartabat. (RP).

Related Articles

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Latest Articles