Kepri, GK.com – Banyaknya di temukan pembangunan dengan hasil tidak maksimal, dan terkesan dengan istilah ‘Proyek Asal Jadi’ di Provinsi Kepulauan Riau saat ini kerap menjadi perbincangan hangat oleh masyarakat Provinsi Kepri. Pasalnya, anggaran pekerjaan tersebut bernilai cukup fantastik, namun tidak sesuai dengan nilai kerjaan yang di lakukan.
Salah satu proyek yang saat ini lagi hangat menjadi perbincangan masyarakat di kedai-kedai kopi adalah perkerjaan revitalisasi Masjid Raya Sultan Riau Penyengat yang menghabiskan anggaran Rp 5,8 miliar dari APBD Kepri dengan rincian pekerjaan persiapan, kubah Masjid dan rooftop menara Masjid, bangunan utama Masjid, tempat musafir (2 Gedung), pondok istirahat, tangga, pagar keliling, tempat wudhu, instalasi perpipaan, instalasi listrik, interior Masjid, pagar keliling, vegetasi, multimedia, dan finishing/Pengecatan.
Lalu proyek lainnya yang menjadi tanda tanya masyarakat adalah Masjid Jami Sultan Lingga yang merupakan salah satu Masjid peninggalan Kesultanan Melayu Riau-Lingga dengan menghabiskan anggaran sebesar Rp 3,4 miliar di Tahun 2022 untuk pekerjaan bongkar pasang plafon dan listplank lebah bergayut, perbaikan atap Mihrab yang rembes, penggantian atap Masjid dari asbes menjadi genteng tanah liat, penambahan kuda-kuda baru (kuda-kuda kayu) penyambungan kaki kuda-kuda 20 cm, pemasangan rangka atap (kaso dan reng), residu kuda-kuda dan rangka atap, pemasangan alumunium bubble foil, pemasangan atap dan nok genteng tanah liat, penggantian instalasi listrik Masjid, penggantian plasteran dinding luar dan dalam Masjid batas ambang bawah jendela, penggantian kayu kusen yang lapuk secara parsial, penggantian cat Masjid dengan cat produk KEIM, pembongkaran bangunan WC dan tempat wudhu, renovasi rumah Qarim Masjid menjadi WC, pemagaran kolam dan pembuatan tempat wudhu, rehab pagar depan dan gerbang masuk Masjid serta pagar samping, pekerjaan perpipaan, dan penggantian keramik halaman Masjid dengan marmer.
Dana APBN sebesar Rp 15 miliar dianggarkan untuk penanganan jalan dan drainase yaitu dengan perbaikan dan peningkatan kualitas jalan (pekerjaan jalan beton), serta pembangunan saluran drainase di lengkapi dengan saluran utilitas dan street furniture sebesar Rp 5 miliar dan pembangunan SWRO (Sea Water Reverse Osmosis) sebesar Rp 10 miliar.
“Proyek Asal Jadi ini kite same-same paham ajelah,” ucap Ade Fariansyah salah satu Tokoh Pemuda Kepri.
“Kalau proyek lain mereka mau tilep, terserah lah. Ini Mesjid tempat beribadah pun nak tilep juge. Ape dah tak takot lagi same akhirat manusia-manusia ni,” ujar Ade Fariansyah.
“Kita harapkan para Aparat Penegak Hukum (APH) yang ada di Provinsi Kepulauan Riau untuk turun ke lapangan melakukan pengecekkan secara langsung atas kerjaan-kerjaan ini”. tegas Ade.
Hingga berita ini ditayangkan, Hendrija selaku mantan Kabid Ciptà Karya PUPR Kepri beberapa kali di konfirmasi melalui Whatsapp, belum menjawab. (Red).
Editor : Ron