SLB Negeri Bintan Butuh Perhatian Pemerintah

0
818

Bintan, GK.com – Ruang Kelas yang terbatas bukanlah menjadi penghalang bagi para guru-guru Pendidikan Luar Biasa (PLB) dalam mengajar para siswa-siswi di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Kabupaten Bintan.

Dengan menerapkan Kurikulum 2013 (K-13), meski keterbatasan Ruang Kelas, para Guru PLB tetap semangat dalam mengajarkan setiap mata pelajaran, dalam satu Ruang Kelas para Guru tersebut mengajarkan dua mata pelajaran, yang kemudian dibagi lagi ke dalam beberapa tingkatan kelas.

Lestari Rahayu selaku Kepala SLBN Bintan saat ditemui oleh Media ini mengatakan bahwa seharusnya satu guru itu mengajarkan untuk porsi 5 anak didik dalam 1 Ruang Kelas, namun karena keterbatasan Ruang Kelas yang kita hadapi hingga sampai saat ini, maka guru-guru disini harus mengajarkan 7 hingga 8 anak dalam 1 Ruang Kelas.

“Disini ruangannya sedikit, cuma ada 4 Ruang Kelas, ditambah 2 Ruang Kelas Baru (RKB) yang belum di resmikan, padahal anak-anak disini ada yang masih tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), jadi untuk mengakalinya kami membagi ruangan yang ada dengan cara menggunakan sekatan demi sekatan, itupun dalam satu sekatan kami bagi lagi dalam beberapa tingkatan kelas sehingga dalam sekali mengajar para guru PLB dapat memegang beberapa kelas,” terang Lestari kepada gerbangkepri.com saat dijumpai di Ruang Kerjanya, Senin (21/01) pukul 08.38 Wib.

“Anak-anak berkebutuhan khusus yang kami didik ini ada beragam-ragam, seperti Tunanetra (Buta), Tunarungu (Tuli), Tunagrahita (Mental), Tunadaksa (Fisik) dan Autis,  seharusnya kelasnya pun harus kita beda-bedakan,” katanya.

“Kami memetakan mereka berdasarkan kelainan yang mereka alami, bukan berdasarkan tingkatan kelas,” tambah Lestari.

Dijelaskan Lestari, selain kekurangan Ruang Kelas, SLBN Bintan ini juga kekurangan bagi para guru pengajar, sehingga solusi yang ada kita harus mengadopsi dari guru umum.

“Di Bintan masih kekurangan guru yang berasal dari PLB, jadi kami harus mendatangkan pengajar dari guru umum yang tentunya mereka harus lebih maksimal lagi dalam mengajar anak didik disini, karena SLB penanganannya sangatlah berbeda dari sekolah-sekolah umum lainnya,” ujar Lestari.

“Hanya ada 4 guru PLB dari 12 guru yang mengabdi di SLB ini, sisanya adalah guru umum, tapi meski begitu mereka yang bukan berasal dari PLB tetap bersemangat dalam membimbing siswa-siswi yang berkebutuhan khusus dengan penuh kesabaran”. tutup Lestari. (FL).

Editor : Mila