Tanjungpinang, Gk.com – Halaman Kantor Bulog Subdivre Tanjungpinang dijaga ketat oleh sejumlah Aparat Kepolisian Tanjungpinang, dalam rangka mengamankan aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh Mahasiswa Universitas Maritim Raja Haji (UMRAH) Tanjungpinang yang tergabung dalam organisasi Gerakan Pemuda Melayu Kepulauan, yang biasa dikenal dengan sebutan “Garuda Melaka”.
Sebagai kaum intelektual yang dikenal dengan kebebasan berorasi, sejumlah Mahasiswa tersebut menilai Bulog Subdivre Tanjungpinang telah gagal dalam melakukan perencanaan. Menurut mereka, dengan ilmu Manajemen yang dimiliki, seharusnya Kepala Bulog Subdivre Tanjungpinang, Edison dapat mengelola persediaan Beras dengan baik, sehingga tidak menyebabkan terjadinya penumpukan.
Kegagalan Bulog tersebut, dinilai Mahasiswa dari rencana Bulog Subdivre Tanjungpinang yang akan melakukan pelelangan Beras Bulog sebanyak 500 Ton akibat penumpukan Beras yang terjadi.
“Kita nilai disini tentu ada kerugian Negara dari hal tersebut, maka dari itu, kami dengan ini menyatakan beberapa sikap, yaitu menuntut agar Kepala Bulog Subdivre Tanjungpinang segera dicopot, dan lakukan sidak 500 Ton beras yang telah dilelang,” tegas Koordinasi Unjuk Rasa, Erik.
“Bulog melakukan tindakan melelang beras tersebut dengan harga yang sangat tidak wajar, yaitu Rp 1.172,-/Kg, padahal seharusnya Beras tersebut dapat dijual dengan harga kurang lebih Rp 8.000,-/Kg, jika dihitung tentu akan sangat merugikan Negara,” jelas Erik, Jum’at (3/01) pukul 09.00 Wib.
Dikatakan Erik, Bulog merupakan salah satu institusi pangan terbesar yang seharusnya memiliki kredibilitas, sehingga para Demonstran tersebut meminta agar pihak Bulog membuktikan kepada Publik, apakah ada beras sebanyak 500 Ton tersebut.
Sementara itu, diwaktu yang sama, Kepala Bulog Subdivre Tanjungpinang, Edison menyampaikan bahwa, pelelangan yang disebutkan merupakan instruksi dari Pusat.
“Proses pelelangan ini ditujukan untuk pemenuhan non pangan, yang artinya tidak untuk di konsumsi, pelelangan tersebut juga terjadi akibat tidak tersalurkannya Beras-Beras yang ada, karena tidak adanya penyaluran, seperti sebelumnya yang disalurkan untuk Bansos Sastra,” terang Edison.
Menanggapi pernyataan Mahasiswa yang menyebutkan bahwa pihaknya lebih mementingkan para Pengusaha, Edison menjelaskan bahwa, Beras yang dilelang adalah Beras yang berasal dari Tahun 2017 lalu, sehingga tidak layak untuk di konsumsi, dan non pangan yang dimaksud adalah digunakan untuk keperluan industri, seperti pembuatan etanol.
“Dengan adanya hal ini, tentu kami akan lebih berusaha kembali untuk memperbaiki perencanaan kedepannya”. pungkas Edison. (MA).
Editor : Milla